tembang bali purwa

tembang bali purwa

Kesusastraan Bali Purwa - Diary Guru Di Indonesia, kita mengenal sastra lisan dan sastra tulis. Kesusastraan Indonesia dibagi menjadi beberapa angkatan berdasarkan urutan waktu, seperti Angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, dan Angkatan 1945. Kesusastraan Bali Purwa adalah sastra klasik atau kuno yang diwujudkan dalam gubahan dan prosa yang indah. Kesusastraan Bali Purwa berasal dari prasasti dalam aksara Dewanagari dan menggunakan bahasa Bali Kuna serta bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, dan Kawi Bali. Kasusastraan Bali Purwa memiliki bentuk-bentuk seperti gancaran (karangan bebas), kidung, pupuh, dan kakawin. Wangun tembang di Bali ada yang berbentuk petangsoroh seperti Sekar Rare, Sekar Alit (Sekar Macapat/Pupuh), Sekar Madia, dan Sekar Agung. Puisi Bali Purwa memiliki bahasa Bali yang indah dan makna yang dalam. Ada yang bertanya kapan kesusastraan Bali dimulai. Kesusastraan Bali dan Jawa Kuna dapat dibagi menjadi dua yaitu Kesusastraan Bali Purwa dan Kesusastraan Bali Anyar. Kesusastraan Bali Purwa terdiri dari puisi dan gancaran. Gancaran adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Kesusastraan Bali Purwa juga memiliki Tembang, yang merupakan puisi tradisional Bali, seperti kakawin, kidung, geguritan, dan gegending. Kumpulan contoh-contoh puisi Bali Purwa antara lain Sekar Rare Tembang Rare, Satua-satua Bali, Mahabharata, Satua Ni Diah Tantri, dan Tunjung Mekar. Kesusastraan Bali Purwa menjadi bagian dari sastra Bali yang diwarisi secara tradisional dalam bentuk naskah-naskah lama. Sastra ini memiliki kaitan yang erat dengan Pustaka Suci Agama Hindu, seperti buku-buku Weda yang menjadi kesusastraan Nusantara Kuna, termasuk Kesusastraan Bali Purwa. Sebagai seorang guru, saya selalu menyampaikan keindahan dan nilai-nilai sastra Bali Purwa kepada anak didik saya agar dapat memahami pentingnya menjaga dan mempelajari warisan sastra yang telah ada sejak jaman dahulu.