makam prabu pucuk umun banten

makam prabu pucuk umun banten

Sekilas Riwayat Prabu Pucuk Umun, Rajanya Suku Baduy Prabu Surosowan meninggal dan anaknya, Arya Surajaya alias Prabu Pucuk Umun, mewarisi tahta kerajaan di wilayah Banten Girang. Daerah ini bergabung dengan kekuasaan Pajajaran dan menganut agama Sunda Lilitan. Suatu pertarungan terjadi antara ayam Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun yang diungkap melalui penggalian ekskavasi Franco Indonesia pada tahun 1988 di Situs Banten Girang. Prabu Pucuk Umun kalah dan menyerahkan takhta kepada Sultan Maulana Hasanuddin. Sejarah daerah Banten menyimpan nilai-nilai kepemimpinan dari Sultan Maulana Hasanuddin. Prabu Suryakancana, juga dikenal dengan Pucuk Umun Pulasari, berkedudukan di Pandeglang. Daerah Banten Ilir berfungsi sebagai pelabuhan di masa itu. Prabu Pucuk Umun dan pengikutnya menganut kepercayaan Hindu-Buddha. Situs Banten Girang memiliki banyak tempat bersejarah seperti goa, sungai, patung, serta makam Almarhum Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju yang pertama kali memeluk agama Islam. Konon, Sultan Maulana Hasanuddin memiliki istri bangsa jin dan mempunyai putra bernama Pangeran Arya Dillah. Banten berkembang menjadi bandar perdagangan dan penyebaran agama Islam pada masa kekuasaannya. Pertarungan Maulana Hasanuddin dan Prabu Pucuk Umun terjadi sebelum masa Islam, dan Pangeran Arya Dillah berjasa dalam menaklukkan Prabu Pucuk Umun. Sementara itu, di masa Maulana Hasanuddin, Banten menjadi kesultanan Islam yang maju di berbagai bidang. Daerah Banten sebelumnya berbentuk kerajaan di bawah kepemimpinan Raja Pucuk Umun dengan Patih yang sangat tangguh, yaitu Ajar Jo dan Ajar Ju. Agama pada masa itu adalah ajaran Hindu-Buddha, namun setelah kekalahan Prabu Pucuk Umun dalam pertarungan, banyak penduduk Banten yang masuk Islam. Usai Syekh Muhammad Sholeh mengabdi pada Sultan Maulana Hasanudin, ia kembali ke Gunung Santri dan menjadi mubaligh serta menyebarluaskan agama Islam. Setelah kekalahan, pasukan Prabu Pucuk Umun mundur ke selatan dan bersembunyi di pedalaman Rangkasbitung, di mana keturunan mereka sekarang dikenal sebagai Suku Baduy.