tradisi mappalette bola

tradisi mappalette bola

Tradisi Mappalette Bola, Pindah Rumah yang Sebenarnya Ketika seseorang akan pindah rumah, biasanya akan sibuk mengemas barang-barang mereka untuk dipindahkan ke rumah baru dari rumah lama. Namun, di Suku Bugis, tradisi ini disebut Mappalette Bola. Orang Bugis percaya bahwa rumah bukan hanya tempat tinggal dan berteduh, tetapi juga ruang sakral di mana penghuninya mengalami berbagai fase kehidupan seperti dilahirkan, menikah, beribadah, bersosialisasi, dan berpulang. Tradisi Mappalette Bola adalah suatu tradisi zaman dahulu yang masih dilestarikan oleh masyarakat Bugis. Karena pada tradisi ini, semangat gotong royong antar warga tetap terjaga. Banyak orang yang terlibat dalam pemindahan rumah, tergantung pada luasnya rumah yang akan dipindahkan. Mereka memindahkan rumah dan barang-barang, termasuk dalam tradisi Mappalette Bola ini adalah bangunan rumah itu sendiri. Rumah Panggung Adat Suku Bugis menggunakan tiang-tiang yang menancap di tanah, sehingga lebih mudah dipindahkan. Mappalette Bola biasanya dilakukan ketika pemilik rumah ingin pindah namun tidak ingin menjual tanahnya. Kegiatan ini dipimpin oleh tetua adat yang memimpin doa, membaca mantra, serta memberikan aba-aba dalam proses pemindahan rumah. Mappalette Bola juga melibatkan makanan tradisional seperti bandang, barongo, dan suwella bersama dengan teh atau kopi. Ada dua kali makan yang disajikan: sebelum dan sesudah pemindahan rumah. Rumah yang dipindahkan bukanlah rumah adat panggung sembarangan, tetapi rumah adat panggung yang terbuat dari kayu khas masyarakat Sulawesi. Tradisi Mappalette Bola adalah sebuah warisan budaya yang sangat berharga dari Suku Bugis. Selain memberikan bantuan dalam pemindahan rumah, tradisi ini juga mempertahankan semangat gotong royong yang sangat dihargai di sana. Oleh karena itu, perlu dilestarikan dan dijaga agar menjadi inspirasi bagi budaya Indonesia yang kaya dan beragam.