demo tandingan 212

demo tandingan 212

Mengenal Reuni 212, dari Aksi Melawan Ahok hingga Kritik Pemerintah Pada tanggal 2 Desember 2019, sekitar ratusan ribu orang berkumpul di Monas, Jakarta untuk melaksanakan aksi reuni 212. Aksi massa ini bertujuan untuk menyampaikan pesan damai dan menjaga persatuan umat Islam serta persatuan bangsa Indonesia. Namun, masa yang berkumpul di Kebon Sirih, Jakpus sempat merasa tidak puas dengan pengamanan polisi dan memprotes pengusiran mereka. Bahkan, mereka membandingkan aksinya dengan demo buruh yang diberi izin. Setelah aksi di kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta Pusat, selesai, massa aksi PA 212 membubarkan diri. Meskipun gerakan 212 dianggap sebagai gerakan Islam, Dahliah, seorang analis politik, menganggap bahwa gerakan ini juga memiliki dimensi politik. Sebagai massa mengambang yang berpotensi dimanfaatkan oleh aktor-aktor politik, gerakan 212 dapat digunakan untuk kepentingan politik tertentu. Karena itu, ketika pihak kepolisian membubarkan puluhan warga yang ingin mengikuti aksi Reuni 212 di kawasan MH Thamrin, Jakarta pada tanggal 2 Desember 2021, Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif meminta kepolisian untuk tidak menakut-nakuti masyarakat yang ingin mengikuti aksi tersebut. Pada tanggal 4 Maret 2022, kelompok masyarakat yang menamakan dirinya "Persaudaraan Alumni (PA) 212" berencana menggelar aksi demo di Kantor Kementerian Agama RI, Menteng, Jakarta Pusat. Meskipun terjadi bentrokan ketika mahasiswa Maluku Utara turut serta dalam aksi di depan Gedung Sapta Pesona, tetapi rencana aksi masih akan dilaksanakan. Sebelumnya, pada tanggal 2 Desember 2022, kegiatan Reuni 212 berlangsung di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur dengan diikuti oleh sekitar 10 ribu orang. Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan 212 sudah dikenal sebagai gerakan Islam radikal. Aksi bela Islam yang menuntut penjarakan mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok pada tahun 2016, sering dicap sebagai gerakan Islam radikal di Indonesia. Aksi tersebut telah membangun peta politik di Indonesia dan juga dimensi lain seperti semangat kewirausahaan berbasis Muslim seperti 212 mart dan Koperasi Syariah 212. Kritik atas gerakan 212 terus diungkapkan oleh para analis politik dan warga Indonesia lainnya. Ada yang menganggap gerakan ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Namun, gerakan tersebut tetap bertahan dan kemungkinan masih akan terus muncul di masa mendatang.