sampit madura

sampit madura

Konflik Sampit merupakan kerusuhan antaretnis yang terjadi di Kota Sampit, Kalimantan Tengah pada awal Februari 2001. Konflik ini melibatkan dua kelompok etnis, yaitu suku Dayak asli dan warga imigran Madura yang berasal dari pulau Madura. Persaingan dalam berbagai aspek antara kedua belah pihak diyakini menjadi pemicu konflik ini. Tragedi Konflik Sampit tidak hanya terjadi di Kota Sampit, tetapi juga menyebar ke seluruh provinsi Kalimantan, termasuk ibu kota Palangka Raya. Di balik konflik horizontal ini terdapat kecemburuan sosial atas kedatangan transmigran dari Madura yang telah bertransmigrasi ke Kalimantan Tengah sejak 1930-an melalui program pemerintah kolonial Belanda. Konflik ini berdampak buruk pada semua sektor, baik itu ekonomi, sosial, maupun budaya. Salah satu serangan yang terjadi adalah ketika sekelompok warga Dayak menyerang rumah seorang warga Madura di Jalan Padat Karya. Kejadian ini memicu kerusuhan besar yang mengakibatkan 1.335 orang Madura mengungsi. Konflik Sampit bukanlah insiden pertama yang terjadi antara suku Dayak dan Madura, karena sebelumnya sudah terjadi perselisihan antara keduanya. Namun, demikian, ada pula upaya untuk mengatasi konflik antara kedua kelompok etnis ini. Di antaranya adalah adanya penerimaan sosial warga Dayak terhadap warga Madura pasca-konflik, serta diskursus Kaharingan sebagai klaim agama yang tertanam secara kuat pada masyarakat Dayak. Sebuah publikasi ilmiah juga menyebutkan bahwa konflik Sampit seharusnya tidak dianggap hanya konflik antara suku Dayak dan Madura semata, tetapi sebagai dampak dari perbedaan nilai dan budaya di antara mereka.