999 candi

999 candi

Kisah Roro Jonggrang, Legenda di Balik Candi Prambanan Kisah legenda Roro Jonggrang berawal dari dua kerajaan tetangga, yaitu Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Maya dan Kerajaan Baka yang dipimpin oleh Prabu Baka. Prabu Baka meminta Bandung Bondowoso, putra mahkota Kerajaan Pengging, untuk membangun 1.000 candi dalam waktu semalam sebagai syarat untuk meminang putrinya, Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso mencoba membangun candi dengan bantuan prajurit setan, namun kelicikan dan tipu muslihat Roro Jonggrang membuatnya hanya berhasil membangun 999 candi. Sang putri membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk menumbuk padi di tengah malam, membuat para prajurit setan mengira sudah fajar dan menghentikan pekerjaannya. Saat menghitung candi, Roro Jonggrang menemukan bahwa hanya ada 999 candi, bukan 1.000 candi seperti yang diminta oleh Prabu Baka. Kemudian Bandung Bondowoso menghitung sendiri dan menemukan hasil yang sama. Roro Jonggrang kemudian dikutuk menjadi arca sebagai pelengkap satu candi yang belum terbuat. Situs Ratu Baka di dekat Prambanan sebenarnya adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak selesai saat itu kini dikenal sebagai Candi Sewu, yang berada tidak jauh dari kompleks Candi Prambanan. Arca Dewi Durga di ruang utara candi utama Prambanan dianggap sebagai perwujudan Roro Jonggrang. Candi Prambanan sendiri merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia dan diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1991. Meskipun kisah legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ada di baliknya, candi ini memiliki sejarah dan cerita yang berbeda. Namun, cerita rakyat Roro Jonggrang masih tetap menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Yogyakarta hingga kini. Kisah ini mengajarkan nilai-nilai tentang kejujuran, kecerdasan serta kekuatan iman yang dapat membantu dalam menghadapi segala tantangan hidup.